seputar anestesi, blog ini sebagai wahana tempat diskusi tentang anestesi dan reanimasi, dan belajar bikin blog, juga diskusi masalah lain, kaya ppds bk depkes, yang ilmu pengetahuan oriented. mohon saran bila ada yang berkenan memberi saran..

Rabu, 21 Januari 2009

outcome pasien cedera otak berat

OUTCOME PASIEN CEDERA OTAK BERAT YANG MENDAPAT TERAPI LIFE SUPPORT

by : Reza, Efri , Pri

Menurut Brain Injury Assosiation of America cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

Berdasarkan patofisiologinya cedera kepala dibagi menjadi cedera kepala primer dan cedera kepala skunder. Cedera kepala primer merupakan cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian cedera, dan merupakan suatu fenomena mekanik. Cedera ini umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sakit dapat menjalani proses penyembuhan yang optimal.
Cedera kepala skunder merupakan proses lanjutan dari cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolic. Pada penderita cedera kepala berat, pencegahan cedera kepala skunder dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan/keluaran penderita.
Pada penderita dengan cedera kepala berat sering diperburuk dengan cedera skunder. Hipoksia yang disertai dengan hipotensi pada penderita cedera kepala berat akan menyebabkan mortalitas mencapai 75%.
Cedera kepala sekunder merupakan proses lanjutan dari cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolik. Pada penderita cedera kepala berat, pencegahan cedera kepala skunder dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan/keluaran penderita
Penyebab cedera kepala skunder antara lain : penyebab sistemik (hipotensi, hipoksemia, hipo/hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia) dan penyebab intracranial (tekanan intrakranial meningkat, hematoma, edema cerebri, pergeseran otak (brain shift), vasospasme, kejang, dan infeksi).


Klasifikasi trauma kepala berdasar pada penilaian GCS (Glasgow Coma Scale), yaitu

Eye (buka mata)

4 : spontan
3 : dgn perintah
2 : dgn rangsang nyeri
1 : no respons Verbal :

5 : kalimat dgn orientasi +
4 : kalimat +, disorientasi
3 : bicara kacau (kata)
2 : mengerang
1 : tidak ada suara Motorik (gerak) :

6 : mengikuti perintah
5 : melokalisir nyeri
4 : menghindar nyeri
3 : fleksi abnormal
2 : ekstensi abnormal
1 : tdk ada pergerakan


Klasifikasi :
GCS ≤ 8 Cedera otak berat
GCS 9 – 12 Cedera otak sedang
GCS ≥ 13 Cedera otak ringan


Fisiologi Kepala
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam posisi terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4 – 10 mmHg. Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia. Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih dari 20 mmHg, terutama bila menetap.
Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat. Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie.
Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran darah otak (ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan otak per menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya. ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama sejak cedera pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap koma ADO tetap di bawah normal sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada level 60-70 mmHg sangat direkomendasikan untuk meningkatkan ADO.

Ada 5 kemungkinan hasil akhir (outcome) yang diperoleh setelah melakukan pertolongan yang maksimal pada coma atau cedera otak berat :
1. Good recovery
Bila penderita dapat bertahan hidup mandiri tanpa tergantung orang lain dan tanpa ada (atau bila ada minimal) kelainan neurologis)
2. Moderate disability
Bila penderita dapat hidup mandiri tanpa ada kelainan neurologis dan intelektual
3. Severe disability
Kesadaran penderita baik, tapi untuk melakukan kegiatan sehari-hari masih memerlukan bantuan orang lain
4. Vegetative state
5. death

Pada pasien tidak sadar pertama kita lakukan primary survey untuk secepat mungkin menemukan kelainan yang mengancam jiwa (cepat mematikan) yang meliputi A (Airway - menilai jalan napas), B (Breathing – pernapasan), C (Circulation – mengatasi perdarahan), D (Disability – menilai kesadaran). Survey primer ini bertujuan untuk memberikan pertolongan yang memadai untuk menyelamatkan jiwa, yang meliputi resusitasi dan stabilisasi. Lalu dikerjakan survey sekunder yang dilakukan bila ABC sudah stabil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar