seputar anestesi, blog ini sebagai wahana tempat diskusi tentang anestesi dan reanimasi, dan belajar bikin blog, juga diskusi masalah lain, kaya ppds bk depkes, yang ilmu pengetahuan oriented. mohon saran bila ada yang berkenan memberi saran..

Jumat, 09 Januari 2009

premediaksi

PREMEDIKASI



Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi adalah untuk memberikan sedasi psikis, mengurangi rasa cemas dan melindungi dari stress mental atau factor-faktor lain yang berkaitan dengan tindakan anestesi yang spesifik. Hasil akhir yang diharapkan dari pemberian premedikasi adalah terjadinya sedasi dari pasien tanpa disertai depresi dari pernapasan dan sirkulasi. Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa takut dan nyeri harus diperhatikan betul pada pra bedah.

Reaksi fisiologis terhadap nyeri dan rasa takut terdiri atas bagian yaitu reaksi somatic (voluntary) dan reaksi simpatetik (involuntary). Efek somatic ini timbul didalam kecerdasan dan menumbuhkan dorongan untuk bertahan atau menghindari kejadian tersebut. Kebanyakan pasien akan melakukan modifikasi terhadap manifestasi efek somatic tersebut dan menerima keadaan yaitu dengan Nampak tenang. Reaksi saraf simpatis terhadap rasa takut atau nyeri tidak dapat disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan nyeri mengaktifkan syaraf simpatis untuk menimbulkan perubahan system sirkulasi dalam tubuh. Perubahan ini disebabkan oleh stimulasi efferen simpatis yang ke pembuluh darah, dan sebagian karena naiknya katekolamin dalam sirkulasi. Impuls adrenergic dari rasa takut timbul dikorteks cerebri dan dapat ditekan dengan tiduratau dengan sedativa yang mencegah kemempuan untuk menjadi takut. Reaksi kardiovaskular secara neurologis berbeda dengan rasa takut, karena arcus reflek yang tersangkut seluruhnya ada dibatang otak dibawah sensorus thalamus. Ini berarti pendekatan klinis untuk menghilangkan kedua hal tersebut harus berbeda. Tanda akhir dari reaksi adrenergic terhadap rasa takut ialah meningkatnya detik jantung dan tekanan darah. Maka umumnya tujuan pemberian obat premedikasi adalah menghilangkan kecemasan, mendapat sedasi, mendapat analgesi, mendapat amnesi, dan mendapat efek antisialogoque. Disamping itu pada keadaan tertentu juga menaikkan pH cairan lambung, mengurangi volume cairan lambung, dan mencegah terjadinya reaksi alergi.

Premedikasi diberikan berdasar atas keadaan psikis dan fisiologis pasien yang ditetapkan setelah dilakukan kunjngan pra bedah. Dengan demikian maka pemilihan obat premedikasi yang akan digunakan harus selalu dengan memperhitungkan umur pasien, berat badan, status fisik, derajat kecemasan, riwayat hospitalisasi sebelumnya (terutama pada anak), riwayat reaksi terhadap obat premedikasi sebelumnya (bila pasien pernah diberi anestesi sebelumnya), riwayat penggunaan obat-obat tertentu yang kemungkinan dapat berpengaruh pada jalannya anestesi (missal MAO inhibitor, kortikosteroid, antibiotic tertentu), perkiraan lamanya operasi, macamnya operasi (missal terencana, darurat, pasien rawat inap atau rawat jalan) dan rencana obat anestesi yang akan digunakan.

Sesuai dengan tujuannya, maka obat-obat yang dapat digunakansebagia obat premedikasi dapat digolongkan seperti dibawah ini. (beberapa contoh yang ada di Indonesia)


Golongan Obat


Contoh

Barbiturate


Luminal

Narkotik


Petidin



Morfin

Benzodiazepine


Diazepam



Midazolam

Butyrophenon


Dehydrobenperidol

Antihistamin


Prometazine

Antasida


Gelusil

Anticholinergik


Atropine

H2 receptor antagonis


Cimetidin


Karena khasiat obat premedikasi ynag berlainan tersebut, dalam praktek sehari-hari dipakai kombinasi beberapa obat untuk mendapat hasil yang diinginkan, misalnya :

Kombinasi narkotik, benzodiazepine, dan anticholinergik

Kombinasi narkotik, butyrophenon dan anticholinergik

Kombinasi narkotik, antihistamin dan anticholinergik

Pada keadaan tertentu perlu diberikan antasida.


Barbiturate

Kebanyakan pasien yang telah direncanakan untuk menjalani operasi akan lebih baik bila diberikan hipnotik malam sebelum hari operasi, karena rasa cemas, hospitalisasi atau keadaan sekitar yang tidak biasa dapat menyebabkan insomnia. Untuk itu dapat digunakan golongan barbiturate per oral sebelum waktu tidur. Selain itu barbiturate juga digunakan obat premedikasi. Keuntungan penggunaan obat ini ialah dpat menimbulkan sedasi, efekterhadap depresi respirasi minimal (ini dibuktikan dengan tidak berubahnya respon ventilasi terhadap CO2), depresi sirkulasi minimal dan tidak menimbulakn efek mual dan muntah. Obat ini efektif bila diberikan peroral. Premedikasi per oral belum dapat dibudayakan di Indonesia (terutama bagi golongan menengah / bawah), karena masih ditakutkan bila disamping minum obat, pasien tidak dapat menahan diri untuk tidak minum lebih banyak.

Kerugian penggunaan barbiturate termasuk tidak adanya efek analgesia, terjadinya disorientasi terutama pada pasien yang kesakitan, serta tidak ada antagonisnya. Barbiturate merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan akut intermitten porphyria.


Narkotik

Morfin dan pethidin merupakan narkotik yang paling sering digunakan untuk premedikasi. Keuntungan penggunaan obat ini ialahmemudahkan induksi, mengurangi kebutuhan obat anestesi, menghasilkan analgesi pra dan pasca bedah, memudahkan melakukan pemberian pernapasan buatan, dapat diantagonisisr dengan naloxon.

Narkotik ini dapat menyeabkan vasodilatasi perifer, sehingga dapat menyebaabkan hipotensi ortostatik. Hal ini akan lebih berat lagi bila digunakan pada pasien dengan hipovolemia. Berlawanan dengan barbiturate, narkotik ini dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan di medulla yang dapat ditunjukkan dengan turunnya respon terhadap CO2. Mual dan muntah menunjukkan adanya stimulasi narkotik pada pusat muntah di medulla. Bila pasien dalam posisi tidur akan mengurangi efek tersebut.

Morfin diberikan dengan dosis 0,1 – 0,2 mg/kbBB, sedang petidin dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB. Pada orang tua dan anak-anak diberikan dosis lebih kecil.


Benzodiazepine

Golongan ini sangat spesifik untuk menghilangkan rasa cemas. Diazepam bekerja pada reseptor otak yang spesifik, mengahisilkan efek anti anxiety yang selektif pada dosis yang tidak menimbulkan sedasi yang berlebihan, depresi napas, mual dan muntah. Kerugian penggunaan diazepam untuk premedikasi ini ialah kadang-kadang pada orang tertentu dapat menyebabkan sedasi yang berkepanjangan. Selain itu juga rasa sakit pada penyuntikan im. Serta absorbs sistemik yang jelek setelah pemberian im.

Benzodiazepine yang larut dalam airdan cepat diabsorbsi setelah pemberian intramuscular, yaitu midazolam. Keuntungan obat ini tidak menimbulkan rasa nyeri pada penyuntikan baik im atau iv.

Diazepam dapat diberikan pada orang dewasa dengan dosis 10mg, sedang pada anak kecil 0.2 – 0.5 mg/kgBB. Midazolam dapat diberikan dengan dosis 0,1 mg/kgBB. Penggunaan midazolam ini harus dengan pengawasan ketat, karena kemungkinan terjadi depresi respirasi.


Butyrophenon

Dari golongan ini droperidol dengan dosis ,5 5 mg i.m digunakan sebagai obat premedikasi dengan kombinasi narkotik. Keuntungan sangat besar dari penggunaan obat ini ialah efek anti emetic yang sangat kuat, dan bekerja secara sentral pada pusat muntah di medulla. Obat ini ideal untuk digunakan pada pasien – pasien dengan resiko tinggi, missal pada operasi mata, pasien dengan riwayat sering muntah dan obesitas. Dapat juga diberikan secara intravena dengan dosis 1 – 1,5 mg.

Kadang-kadang pada psien tertentu droperidol ini dapat menimbulkan dysphoria (pasien merasa takut mati). Droperidol juga mempunyai efek blockade terhadap dopaminergik reseptor sehingga dapat menimbulkan gejala extrapiramidal pada psien yang normal. Selain itu juga mempunyai efek alpha adrenergic antagonis yang ringan, sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer. Efek ini dapat digunakan pada pasien hipertermi sebelum diberikan kompres basah seluruh tubuh. Namun perlu di ingat akan terjadinya relative hipovolemia. Pada pasien dengan riwayat alergi / rhinitis vasomotorika sebaiknya penggunaan obat ini dihindari.


Antihistamin

Dari golongan ini yang sering digunakan sebagai obat premedikasi ialah promethazin (phenergen) dengan dosis 12,5 – 25 mg i.m pada orang dewasa. Digunakan pada pasien dengan riwayat asma bronkiale.


Antikholinergik

Atropine mempunyai efek kompetitif inhibitor terhadap efek muskarinik dari asetylcholin. Atropine ini dapat menembus barier lemek misalnya blood brain barrier, plasenta barrier dan tractus gastrointestinal.

Reaksi tersering dari pemakaian obat ini ialah menghasilkan efek anti sialogoque, mengurangi sekresi ion asam lambung, menghambat reflek bradikardia dan efek sedative dan amnestik (terutama scopolamine). Efek lain yang merugikan adalah nadi yang meningkat, midriasis, cyclopegia, kenaikan suhu, mengeringnya secret jalan napas dan pada CNS toxicity terjadi gelisah dan agitasi.


Antasida

Pemberian antasida 15 – 30 menit prainduksi hamper 100% efektif untuk menaikkan pH asam lambung diatas 2,5. Seperti diketahui, aspirasi cairan asam lambung dengan pH yang rendah dapat menimbulkan apa yang dinamakan acid aspiration syndrome atau disebut juga Mendelson syndrome. Yang dianjurkan ialah preparat yang mengandung Mg – trisiklat.


Histamine H-reseptor antagonis

Obat ini akan melawan kemepuan histamine dalam meningkatkan sekresi cairan lambung yang mengandung ion H tinggi. Dari kepustakaan disebutkan bahwa pemberian cimetidine oral 300 mg, 1 – 1,5 jam pra induksi dapat menaikkan pH cairan lambung diatas ,5 sebanyak lebih dari 80% pasien. Dapat pula diberikan secara intravena dengan dosis yang sama 2 jam sebelum induksi dimulai.


Rangkuman

Kunjungan pra anestesi dan pembedahan merupakan rangkaian untuk menetukan pem apa yang akan diberikan. Tanpa melihat pasien akan menyebabkan kesalahan dosis obat premedikasi yang dapat merugikan pasien. Perhatian khusus pada bayi dibawah 2 tahun dan orang tua diatas 60 tahun.

Menentukan dosis obat premedikasi yang tepat merupakan permulaan dari keamanan tindakan anestesi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar